Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan
Apakah kebudayaan itu ? mungkin semua orang
mengerti apa kebudayaan itu, tapi tidak setiap orang dapat
menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu adalah sikap
hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun
temurun,tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi
timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi olelh suatu batasan
tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai
dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.
Mata rantai antara kebudayaan dan kesehatan :
Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan
adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan
hidup sku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran,
pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi
selamat.
Dari sudup pandang modern ,tidak semua kebiasaan
itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kbiasaan menyusukan
bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik kebiasaan
yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada
ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri.
Dia berusaha menyusukan bayinya dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi
mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian) bayi dapat mengalami malnutrisi
dan mudah terserang infeksi
Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua
orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat
yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat
dilihat dari sikap merka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana
setiap oang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat
mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC.
Bentuk pengobatanyang di berikan biasanya hanya
berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul.
Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural
atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern
dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan
sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka
pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
Didalam masyarakat industri modern iatrogenic
disease merupakan problema. Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit,
pada hal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah
resisten terhadp anti biotika.
Kebudayaan dan perubahannya .
Tentu saja kebudayaan itu tidak statis , kecuali
mungkin pada masyarakt pedalaman yang terpencil . Hubungan antara kebudayaan
dan kesehatan biasanya dipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana
car-cara hidup mereka tidak berubah selama beberapa generasi, walaupun mereka
merupakan sumber data-data bilogis yang penting dan model antropologi
yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah
kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia ke 3 laju perkembangan ini cukup
cepat, dengan berkembangnyasuatu masyarakat perkotaan dari masyarakat pedesaan.
Ide-ide tradisional yang turun temurun, sekarang telah di modifikasi dengan
pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikap terhadap penyakit pun
banyak mengalami perubahan .Kaum muda dari pedesaan meninggalkan lingkungan
mereka menuju kekota. Akibatnya tradisi budaya lama di desa makin tersisih.
Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di kontrol dengan
tekhnologi, setiap individu didalamnya adalah subjek dari pada tuntutan ini,
tergantung darikemampuannya unuk beradaptasi.
Hubungan yang selaras antara faktor budaya dan
biologis, yang mungkin berkembang sebagai hasil dari faktornlingkungan, dapat
dilukiskan dengan cntoh-contoh dari Papua Nugini dan Nigeria.”pigbel” sejenis
penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman
clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan
tinggi biasanya sedikit makan daging oleh sebab itu, cenderung untuk menderita
kekurangan enzim protetase dalam usus. Bila suatu perayaan tradisional
diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat
masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga kuman
clostridia masih dapat berkembang. Makana pokok mereka adalah kentang,
mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman yang seharusnya
terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga dihasilkan
oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman
dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara
bebas mengeluarkan racunnya.
Dari beberapa faktor budaya diatas,masing-masing
faktor berhubungan satu sama lain nya. Wanita- wanita Hausa yang tinggal di
sekitar Zaria Nigeria utara, secara tradisi memakan garam kurang selama priode
nifas, untuk meningkatkan produksi air susunya. Merka juga menganggap bahwa
hawa dingin adalah penyebab penyakit.leh sebab itu mereka memanasi tubuhnya
paling kurang selama 40 hari setelah melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan
hawa panas, merupakan penyebab timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya
disini adalah kebiasaan makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah
faktor pencetus terjadinya kegagalan jantung.
Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan
apakah meberikan dampak yang sangat besar sulit diukur, sebagai contoh kenaikan
tekanan darah pada para penduduk yang berimigrasi ke kota. Kenyataan ini tidak
dapat di pungkiri .tetapi apakah penyebabnya ? kebudayaan?, lingkungan? Atau
biologis? Masih merupakan tanda Tanya.
Bila mana budaya itu berubah suatu adaptasi yang
sukses tidak hanya tergantng pada Setiap masyarakat faktor lingkungan dan
biologis. Kemampuan untuk memodifikasi beberapa segi budaya juga penting.
Kebudayaan dan sistem pelayanan kesehatan.
Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru di
perkenalkan kedalam suatumasyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat.
Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan
tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan
memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokokmereka lambat
laun akann sadar apakah pengobatan baru tersebut berfaedah , sama sekali tidak
berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan
tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru
itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu
saja.
Pelayanan kesehatan yang moderen oleh sebab itu
harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin
memaksakan sekaligus cara-cara moderen dan menyapu semua cara-cara tradisional.
Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa
asing dengna penduduk setempat . ini tidak aan terjadi jika tenaga kesehatan
tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada
diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak
tersebut akan semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan
kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk
mempelajari kebudayaan mereka . akan mempermudah memberikan gagasan yang baru
yang sebelumnya tidak mereka terima.
Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus di
yakinkan sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara
baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya
akan memberika manfaat yang lebih besar.pilihan pengobatan dapat menimbulkan
kesulitan. Misalnya bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara
menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi
penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum. Hal
tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan
kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan berfikir dan menerima.
Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan
Kesehatan
Hubungan antara faktor sosial budaya dan
pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga
kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada
masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar
belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.
Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu
tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga
kesehatan memberikan penjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan
kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa
dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh-tokoh
masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar