PANDUAN MENULIS CATATAN KAKI
I.
Definisi & Pengertian Umum Catatan Kaki / Foot Note>>....
Catatan
kaki adalah keterangan yang
dicantumkan pada margin bawah pada halaman buku. Catatan kaki biasanya dicetak
dengan huruf lebih kecil daripada huruf di dalam teks guna menambahkan rujukan
uraian di dalam naskah pokok. Catatan kaki untuk artikel yang diambil dari
internet, cantumkan nama pengarang, judul artikel, tuliskan online (dalam
kurung) diikuti alamat situsnya, seperti http:/ www.ed.gov./... yang memudahkan
pembaca untuk mengakses sumber tersebut.
II. Jenis & Contoh Catatan Kaki / Foot Note
Sekarang
kita akan mempelajari pencantuman sumber kutipan pola konvensional. Cara
pencantuman sumber kutipan dengan menggunakan pola konvensional, yaitu
menggunakan catatan kaki atau foot note.
Perhatikan
contoh penggunaan catatan kaki yang digunakan pada buku Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer karya Jujun Suriamiharja berikut! Perhatikan pula nomor pada
teks dan keterangan sumbernya pada catatan kaki.
Catatan kaki untuk buku dimulai dengan nama pengarang diikuti koma, judul buku (ditulis dengan huruf awal kapital dan dicetak tebal atau dicetak miring), nomor seri, jilid dan nomor cetakan (kalau ada), kota penerbit (diikuti titik dua), nama penerbit (diikuti koma), dan tahun penerbitan (ditulis dalam kurung dan diakhiri dengan titik).
Catatan kaki untuk artikel dan majalah dimulai dengan nama pengarang, judul artikel, nama majalah, nomor majalah jika ada, tanggal penerbitan, dan nomor halaman. Jika dari sumber yang sama dikutip lagi, pada catatan kaki ditulis ibid. (singkatan dari ibidum) yang artinya sama persis sumbernya dengan catatan kaki di atasnya. Jadi mirip dengan idem atau sda. Untuk sumber yang telah disisipi sumber lain, digunakan istilah op. cit. (singkatan dari opere citato). Untuk sumber dari majalah dan koran yang telah disisipi sumber lain digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato).
Perhatikan
contoh berikut!
2 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud, 1988), hal. 18.
3 Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif (Bandung: Sinar Baru, 1986), hal. 25
4 Ibid., hal. 15
5 Ratna Wilis Dahar, op.cit., hal. 17
Catatan kaki di atas menunjukkan bahwa sumber nomor 4 sama dengan sumber nomor 3. Sumber nomor 5 sama dengan nomor 2.
Dalam sebuah karya ilmiah, penulis biasanya
mempunyai daftar sumber informasi yang bisa menjadi rujukan para pembaca.
Daftar ini disebut sebagai catatan kaki atau footnote dalam bahasa Inggris.
Karya ilmiah yang mencantumkan catatan kaki
menunjukkan bahwa kualitas karya ilmiah tersebut lebih tinggi dan meningkatkan
estetika penulisan. Keberadaan catatan kaki juga dapat memudahkan para pembaca
untuk melihat sumber informasi
yang dibutuhkan.
Catatan kaki memiliki dua bentuk, yaitu berupa
referensi dan berupa keterangan tambahan. Catatan kaki yang berupa referensi
merupakan pengakuan akan sumber informasi, pembuktian kutipan naskah, dan
memberikan dukungan argumentasi atau pembuktian.
Sementara itu, catatan kaki yang berupa keterangan
tambahan bisa memberikan penjelasan tambahan, memperjelas konsep, definisi
dalam bentuk komentar, atau uraian tambahan sehingga menjadi uraian yang utuh.
Metode Penulisan Catatan Kaki
Berikut ini adalah metode penulisan catatan
kaki.
- Catatan kaki dipisahkan dari naskah halaman yang sama dengan jarak tiga spasi.
- Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi.
- Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi.
- Catatan kaki diketik sejajar dengan margin.
- Nomor urut angka Arab dan tidak diberi tanda apapun.
- Nomor urut ditulis lebih kecil dari hurup lainnya, misalnya font size 10.
Catatan kaki yang berupa rujukan atau data pustaka
ditulis berdasarkan cara berikut ini.
- Nama pengarang tidak dibalik urutannya atau sama dengan nama pengarang yang tertulis pada buku dan diikuti koma.
- Jika nama yang ditulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
- Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti koma.
- Nomor halaman dapat disingkat hlm. atau h. Angka nomor halaman diakhiri tanda titik (.).
Contoh:
1 William N. Dunn, Analisis Kebijaksanaan publik,
terj. Muhajir Darwin, (Yogyakarta: Hanindita, 2001), 20-32
2Dr. Albert Wijaya, “Pembangunan Pemukiman bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota,” dalam Prof. Ir. Eko
Budiharjo, M.Sc. (Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung:
Alumni, 1992), 121-124.
Penulisan Ibid, Op.Cit. dan Loc. Cit.
Untuk memendekkan penulisan informasi pustaka dalam
catatan kaki, lazim digunakan singkatan Ibid, Op.Cit. dan Loc. Cit. penjelasannya
adalah sebagai berikut.
- Ibid merupakan singkatan dari kata Latin ibidem, yang berarti 'pada tempat yang sama' dengan di atasnya. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki berikutnya merujuk pada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya dan diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri titik. Apabila halamannya sama, hanya digunakan singkatan Ibid, tetapi bila referensi berikutnya berasal dari halaman lain, urutan penulisannya adalah Ibid, halaman.
- Op.Cit. merupakan singkatan dari kata Latin Opere Citato, yang berarti 'pada karya yang telah dikutip'. Singkatan ini digunakan bila menunjukkan buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain. Op.Cit. ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diikuti titik (.). Urutan penulisannya adalah nama family pengarang, Op.Cit., halaman.
- Loc. Cit. merupakan singkatan dari kata Latin Loco Citato, yang berarti 'pada tempat yang telah dikutip'. Loc. Cit. biasanya digunakan untuk menunjuk atau menyebut sumber yang sama berupa artikel majalah, ensiklopedi, jurnal yang telah disebut sebelumnya, tetapi diselingi sumber lain. Jika halaman sumber sama, kata Loc. Cit. tidak diikuti nomor halaman. Akan tetapi, jika halaman sumber berbeda, kata Loc. Cit. diikuti nomor halaman. Urutan penulisannya adalah nama family pengarang, Loc. Cit.
Contoh:
1Daniel Goleman, Emotional Inteligence, (Jakarta:
Gramedia, 2001), h. 43-156.
2Ibid, 210.
3Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan
Pembangunan, (Bandung: Alumni, 1976), 111.
4Goleman Op.Cit. 175
5Rahardjo, Loc.Cit.
Catatan kaki memiliki tempat khusus dalam karya
tulis ilmiah. Keberadaan catatan kaki memberikan penilaian yang lebih
berkualitas bagi suatu karya tulis ilmiah.
Hal ini menunjukkan bahwa karya tulis tersebut
memiliki kejujuran intelektual, bukan plagiat dan mempertinggi estetika. Dengan
demikian, catatan kaki merupakan bagian yang integral dalam karya tulis ilmiah
sehingga setiap penulis perlu memperhatikan sistematika penulisan dalam
menyusun catatan kaki.
Dalam sebuah
buku sering ditulis kata ibid sebagai catatan kakinya… memang sebenarnya
apa yang dimaksud ibid?
Ibid (dari bahasa Latin, kependekan dari kata “ibidem” yang berarti “tempat yang sama”) adalah istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya. Hal seperti ini sama artinya juga dengan idem (yang berarti telah disebutkan sebelumnya atau sama) disingkai “Id.,” yang umum digunakan pada kutipan legal.
Contoh penggunaan ibid:
[1] Ferdian., “tindakan kecil orang-orang besar”, RumbiPress, 2010, hal.23
[2] Ibid
[3] Id. at 29.
Referensi dari catatan kaki no. 2 adalah sama dengan no. 1
(Ferdian, “tindakan kecil orang-orang besar” pada hal 23), sedangkan referensi no 3 menunjukkan sumber yang sama tetapi hal yang berbeda, halaman 29.
Sumber dari ibid adalah tepat pada no sebelumnya.
Selain ibid, juga dikenal bahasa kutipan lain yaitu Op.Cit (opere citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) dan loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab selanjutnya). Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan lagi.
Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman.
Contoh penggunaan Op.Cit:
1Satjipto Raharjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung: Alumni, 1976), 111.
2Daniel Goleman, Emotional Intelligence. (Jakarta: Gramedia, 2001), 161.
3Bobby dePorter & Mike Hernacki, Quantum Bussiness, terj. Basyarah Nasution, (Bandung: Kaifa, 2000), 63-87.
4Rahardjo, Op.Cit., 125.
Contoh penggunaan lo.cit:
1Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), 1-15.
2Suwandi, Loc.Cit
Ibid (dari bahasa Latin, kependekan dari kata “ibidem” yang berarti “tempat yang sama”) adalah istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya. Hal seperti ini sama artinya juga dengan idem (yang berarti telah disebutkan sebelumnya atau sama) disingkai “Id.,” yang umum digunakan pada kutipan legal.
Contoh penggunaan ibid:
[1] Ferdian., “tindakan kecil orang-orang besar”, RumbiPress, 2010, hal.23
[2] Ibid
[3] Id. at 29.
Referensi dari catatan kaki no. 2 adalah sama dengan no. 1
(Ferdian, “tindakan kecil orang-orang besar” pada hal 23), sedangkan referensi no 3 menunjukkan sumber yang sama tetapi hal yang berbeda, halaman 29.
Sumber dari ibid adalah tepat pada no sebelumnya.
Selain ibid, juga dikenal bahasa kutipan lain yaitu Op.Cit (opere citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) dan loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab selanjutnya). Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan lagi.
Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman.
Contoh penggunaan Op.Cit:
1Satjipto Raharjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung: Alumni, 1976), 111.
2Daniel Goleman, Emotional Intelligence. (Jakarta: Gramedia, 2001), 161.
3Bobby dePorter & Mike Hernacki, Quantum Bussiness, terj. Basyarah Nasution, (Bandung: Kaifa, 2000), 63-87.
4Rahardjo, Op.Cit., 125.
Contoh penggunaan lo.cit:
1Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), 1-15.
2Suwandi, Loc.Cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar